Friday, May 17, 2024
spot_img
HomeOpiniFauzan Santa: Menyelami Keberadaan Workshop Membaca

Fauzan Santa: Menyelami Keberadaan Workshop Membaca

Kutipan Berita (Aceh) – Di sebuah warung kopi, puluhan siswa duduk dan membaca novel. Fokus mereka adalah mempelajari teknik membaca cepat yang diajarkan oleh pemateri dalam Workshop Membaca Efektif. Mereka tidak hanya diajarkan untuk membaca satu buku, tetapi juga diajarkan untuk membaca banyak buku sekaligus.

Rektor Sekolah Menulis Dokarim, Fauzan Santa, mengatakan, “Harus ada workshop membaca supaya gerakan membaca tidak hanya menjadi kepentingan orang yang sekolah saja.” Harapan mereka adalah untuk memulai sebuah inisiatif literasi untuk generasi muda Aceh, seperti yang disebutkan sebelumnya.

Komunitas Sekolah Menulis Dokarim Aceh

Ia sering diundang untuk menjadi pemateri pelatihan menulis, tetapi dia belum pernah diminta untuk membagikan teknik membaca yang efektif. Fauzan Santa mengatakan, “Saya pikir, kurangnya minat baca disebabkan, tak ada yang pernah mengajarkan pada anak muda bagaimana cara membaca yang baik.” Dia menatap mahasiswa yang baru saja mendengarkan petuahnya tentang menghasilkan tulisan dengan tema “Yuk, Menulis. Agar Dunia Tahu, Anda Pernah Ada”, yang diikuti oleh sekitar 25 peserta dari Dema Fisip UIN Ar-Raniry.

Ia menceritakan bagaimana resensi buku digunakan sebagai cara untuk mendapatkan uang untuk biaya kuliah. “Dulu saya melakoni penulisan resensi buku. Saya membaca, kemudian menulis hasil bacaan saya, lalu mengirimkan ke salah satu surat kabar,” katanya.

Dia menerima gaji untuk menulis resensi untuk koran, yang kemudian dikirimkan ke penerbit. Ia juga mendapatkan uang kembali dan banyak buku sebagai hadiah dari penerbit. “Sampai akhirnya buku saya sudah banyak sekali, dan saya berhenti menulis resensi,” katanya tertawa. Dia menunjukkan bahwa ia berhenti karena buku yang dikirimkan penerbit dianggap sebagai permintaan resensi daripada hadiah.

Fauzan mengatakan bahwa hampir tidak ada peminat buku yang sekarang menulis resensi. Karena itu, tidak ada lagi orang yang menyukai resensi itu. “Tak ada yang mengatur tentang adab membaca di sekolah hingga tradisi membaca pun tidak ada.” Dia menyatakan bahwa pengetahuan tidak berasal dari menulis, tetapi dari membaca dan banyak mendengarkan. Dengan cara ini, ia melihat pelatihan menulis yang telah digemparkan selama ini.

“Seperti Diary Of Anne Frank. Itu murni tulisan harian seorang anak SMA yang bersembunyi di atap loteng rumahnya yang bercerita tentang perang.” Fauzan menekankan bahwa peserta workshop harus banyak membaca contoh catatan harian sederhana yang menjadi bacaan yang sangat luar biasa dan universal. Menurutnya, memulai dari buku harian akan menjadi lebih mudah bagi peserta untuk menulis banyak hal.

Ia berharap peserta seminar mencurahkan waktu dan perhatian mereka untuk membaca sehingga tulisan yang disajikan dapat menjadi umur kedua setelah mereka pergi. Dia berharap, “paling tidak, tulisan kita bisa jadi penggerak sebuah peradaban.”

ARTIKEL TERKAIT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

BERITA POPULER

Recent Comments